Siti Arisa Alumni SKM tahun 2018 |
3 tahun yang lalu saya sedang berada dalam suasana hati yang sangat kacau, perasaan marah, bimbang bahkan mengutuk. Masih sangat jelas bagaimana saya saat itu dan mungkin akan selalu saya ingat kisahnya. Kisah pemberontakan saya untuk tidak melayani di SKM. Bukti-bukti pemberontakan itu ada tercatat dalam buku diary saya waktu di Asrama SMA Makedonia.
Kisahnya seperti ini, beberapa guru bahkan wali asrama mencoba memotivasi dan meyakinkan saya untuk mengambil beasiswa ke UPH kemudian melayani sebagai guru di SKM. Saya yang kala itu memiliki ego yang tinggi serta sombong, sangat tidak ingin menjadi guru apalagi 10 tahun melayani di SKM. Saya ingin mengambil teologia tapi saya juga ingin masuk Teknik kimia. Akhirnya saya berencana untuk mengambil S1 teknik kimia, kerja 5 tahun baru kemudian mengambil S2 jurusan Teologi. Sungguh sangat tertata bukan?
Saya sangat mencintai kimia dan suka belajar Teologi bukanlah alasannya. Namun jauh didasar diri saya sebenarnya adalah keinginan untuk hidup bebas dan tidak ingin terikat dengan siapapun. Walaupun faktanya memang saya sangat suka belajar kedua ilmu tersebut. Saya mencoba memberontak secara halus ketika berbicara dengan guru dan mencoba mengikuti tes ke universitas lain. Saya ingat jelas saat satu orang guru menasehati saya karena beliau takut saya tidak bisa berkuliah. Guru ini memang mengenal bagaimana kondisi finansial keluarga saya dan beliau secara tulus serta terbuka berbicara seperti itu. Saya yang saat itu sangat sombong sekali, berkata dalam hati “Aku pintar kimia, banyak beasiswa lain yang bisa aku dapatkan. Tidak hanya di UPH”. Sombong sekali bukan?
Sampai suatu ketika saya mengambil catatan kecil dan mencoba membandingkan kekurangan serta kelebihan antara saya kuliah sesuai keinginan saya dan kuliah di UPH. Sekeras apapun saya mencoba untuk menghindari kelebihan kuliah di UPH dan melayani di SKM, tetap saja hasil perbandingan tersebut mengarah kepada “Kalau aku kuliah di UPH”. Akhirnya dengan berat hati, saya belajar dan mengikuti tes ke UPH dan ternyata saya lolos walaupun dengan hati yang tidak ikhlas.
Semester awal kuliah, cukup berat bagi saya. Saya masih belum bisa menerima kenyataan akan melayani 10 tahun di SKM setelah berkuliah di UPH. Saya sering mengeluh, malas bahkan meninggalkan saat teduh saya. Inilah bentuk pemberontakan saya kepada Tuhan. Sampai pada saat saya mendapatkan mata kuliah Doktrin Manusia dan Dosa serta Kristologi, inilah titik balik kehidupan saya terkhususnya hati saya.
Siti Arisa yang awalnya sangat keras hati, Roh Kudus ubahkan hatinya dan melihat melalui sudut pandang yang berbeda. Saya yang sangat tidak ingin menghabiskan 10 tahun hidup saya di SKM, menjadi menyesal. Saya sadar bahwa saya tidak melihat anugerah Allah yang luar biasa Ia berikan pada saya. Mulai dari hanya saya dan Sudarli (teman saya) yang lolos tes UPH dari beberapa kami yang didaftarkan. Kemudian saya yang mendapatkan jurusan Pendidikan Kimia, bidang yang sangat saya cintai dan teristimewanya saya juga mendapatkan pelajaran teologi di UPH.
Berkat yang sangat luar biasa, yang tidak saya sadari karena tertutupi oleh angka 10 tahun. Kedua ilmu yang menjadi kecintaan saya bisa saya dapatkan di UPH bahkan sangat-sangat berlimpah. Tuhan sungguh luar biasa, hingga saat ini saya tidak mampu berkata betapa bersyukurnya saya bisa diberi kesempatan untuk menempuh Pendidikan di UPH dan akan melayani di SKM.
“Tuhan yang sudah memilih dan menetapkan saya disini, maka Ia juga yang akan menyertai saya”, perkataan ini sangat benar adanya. Tuhan selalu punya cara untuk mengubahkan hati kita. Melalui dosen dan materi yang diajarkan mampu meruntuhkan benteng hati saya. Saya ingat jelas bagaimana Allah bekerja melalui dosen saya, “Mengikuti semua keinginan kita itu, tidak semuanya melegakan”. Perkataan ini begitu sangat berarti bagi saya karena membuat saya berpikir akan kebenarannya.
Saya sangat berterimakasih kepada Allah Tritunggal yang telah mengaruniakan anugerah yang luar biasa ini kepada saya. Bukan hanya tentang bisa berkuliah di UPH namun juga perubahan hati yang Ia izinkan terjadi. Terimakasih untuk orangtua saya yang selalu mengingatkan bahwa saya bukan hanya anak kandung mereka melainkan juga anak Yayasan MIKA dan Yayasan Pelita Harapan, artinya harus bertanggungjawab untuk setiap apa yang akan saya lakukan.
Terimakasih untuk guru-guru saya tercinta di SKM yang menunjukan kasih Kristus itu sendiri melalui pelayanan yang mereka berikan. Terkhususnya untuk guru yang sudah saya ceritakan di atas, semoga beliau membaca artikel ini dan melihat bahwa perkataannya yang dulu sangat menyakitkan bagi saya ternyata menjadi hal yang sangat saya syukuri sekarang. Saya tahu bahwa beliau begitu tulus dan mencoba menolong saya mengerti akan panggilan hidup saya. Last but not least, untuk Yayasan MIKA yang melayani penuh kasih tanpa pamrih. Ada jiwa yang begitu sangat bersyukur atas pertolongan yang Yayasan berikan.
Akhir kata, izinkan saya mengutip salah satu buku favorit saya waktu SMA dari Rick Warren (2010), The Purpose Drive Life “manusia ada bukan karena kebetulan, kecelakaan maupun hukum alam, melainkan ada rencana Allah bagi setiap umat ciptaan-Nya”. Saya berada di jalan ini karena ada maksud dan panggilan Tuhan bagi saya, bukan kebetulan namun ada rencana indah menanti disana. Siti Arisa
References
Warren, R. (2010). The Purpose Driven Life : Kehidupan yang Digerakkan oleh Tujuan. Malang: Gandum Mas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar