Anda sebagai seorang guru biasanya dituntut secara profesional untuk pandai berbicara dalam menyampaikan materi, pandai menggunakan berbagai macam metode dalam mengajar, pandai menyelesaikan segala administrasinya sebagai evaluasi, pandai menguasai kelas serta mampu untuk menjadi teladan bagi para siswa bukan? Namun sering kali satu hal yaitu “kesabaran” Anda lupakan. Hal ini bolehlah kita kaitkan sebuah pelayanan seorang guru dengan pelayanan Rasul Paulus, di mana saat Rasul Paulus mengabarkan tentang kasih yang merupakan fondasi sebuah pelayanan di I Korintus 13, ia bermula dengan kesabaran.
Kata Yunani untuk kesabaran secara literal berarti, “Dibutuhkan waktu yang lama untuk mendidih.” Lalu, apakah butuh waktu lama untuk Anda menjadi mendidih? Ya, seharusnya begitu! Alkitab memberitahu setiap orang di I Tesalonika 5:14, “Sabarlah terhadap semua orang”. Perhatikan bahwa Allah memerintahkan hal ini. Ia tidak hanya memberikan saran, Allah tidak pernah melakukan sesuatu tanpa menunjukkan kepada kita bagaimana melakukannya.
Kesabaran secara alami merupakan salah satu sifat manusia yang bisa berubah-ubah karena berbagai faktor, misalnya faktor internal dan eksternal. Faktor internal dapat berupa bawaan orang tersebut seperti dipengaruhi keturunan atau orang tersebut punya gangguan mental. Lalu faktor eksternal dapat dipengaruhi karena keadaan lingkungannya atau pekerjaannya.
Sebagai seorang guru, Anda akan menemukan berbagai macam kesempatan untuk memperlihatkan kesabaran Anda di dalam mendidik para siswa maupun tugas-tugas lain sebagai seorang guru. Hal ini dapat Anda temui yaitu adanya siswa yang tidak puas dengan cara mengajar Anda di kelas, rekan guru lain yang selalu mencari kelemahan Anda, tuntutan pihak sekolah untuk mengerjakan begitu banyak tugas administrasi, bahkan di dalam keluarga, Anda dituntut menjadi figur yang sempurna, sehingga Anda sebenarnya memiliki kesempatan untuk membangun sikap sabar ini dari berbagai macam situasi dan kondisi.
Kesabaran dalam mendidik adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai seorang guru dalam mendidik siswanya. Seorang siswa dapat merasakan bagaimana cara para guru dalam mendidik di kelas. Sabar menurut seorang siswa yaitu ketika guru dapat memahami siswanya yang kurang mampu dalam hal belajar dan tetap mau untuk megajarinya sampai ia mengerti. Ada juga guru yang “terlampau sabar” seperti contohnya membiarkan siswanya ribut atau bermain saat ia mengajar.
Hal seperti ini sebenarnya adalah sabar yang salah karena di dalam Alkitab juga ada dikatakan bahwa sebagai orang tua harus mendidik anaknya dengan benar jika anaknya salah maka tidak ada salahnya untuk mengambil tindakan yang tegas, hal ini bisa juga diterapkan oleh seorang guru karena orang tua di sekolah adalah guru.
Tidak semua guru memiliki kesabaran yang sama saat menjadi pendidik siswa di kelas, contohnya pada saat seorang guru mengajar salah satu siswanya ada yang “bertingkah” sekedar ribut sedikit, tapi guru tersebut langsung marah tanpa memberi peringatan atau teguran terlebih dahulu kepada siswanya. Hal ini bisa terjadi karena membawa pengaruh internal dan eksternal yang terjadi pada guru tersebut sebelum memasuki kelas. Jadi penting sekali bagi seorang guru untuk mendidik siswa secara profesional tanpa mencampuradukan permasalahan pribadi atau permasalahan dari rumah dengan membawanya ke dalam kelas.
Menurut Alkitab inilah tentang menjadi orang yang sabar yang tentunya sejalan juga dengan tuntutan kesabaran menjadi seorang guru dalam mendidik:
1. Ingat bagaimana Allah telah sabar dengan Anda.
Anda sebagai seorang guru tidak akan pernah lebih sabar dengan siswa dibandingkan dengan kesabaran Yesus Kristus terhadap Anda. Di 1 Timotius 1: 16 Paulus berkata, “Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya (atau kesabaran yang tak ada batasnya)”. Allah memilih Paulus sekalipun dia adalah penganiaya Gereja. Allah menunjukkan kesabaran yang tidak ada batasnya terhadap dia. Dan Allah juga telah menunjukkan seluruh kesabaran-Nya terhadap Anda.
2. Belajar dengan mendengar.
Amsal 14: 29 berkata, “Orang yang sabar besar pengertiannya.” Anda sebagai seorang guru perlu punya pengertian untuk menunjukkan kesabaran. Alkitab berkata kunci kepada kesabaran adalah pengertian. Pasti Anda sudah pernah melihat ini di dalam tugas Anda. Saat Anda memahami seorang siswa di kelas, Anda akan lebih sabar dengan siswa tersebut. Jika Anda tidak memahami siswa tersebut, maka Anda tidak akan sabar dengan siswa tersebut.
Anda memahami siswa dengan mendengarkan mereka. Amsal 18: 13 dapat ditafsirkan sebagai, “memberi jawab sebelum mendengar adalah bodoh dan tidak sopan.” Dengan kata lain, jangan menilai apa yang dilakukan atau dikatakan oleh seorang siswa sebelum Anda mendengar keseluruhannya. Untuk lebih sabar, Anda perlu lebih mendengarkan. Dengarkan dengan seluruh perhatian Anda karena mendengar itu melibatkan mata dan telinga Anda.
3. Beri siswa ruang untuk kelemahan mereka.
Setiap siswa yang Anda didik pasti memiliki hari-hari yang tidak menyenangkan. Dari waktu ke waktu, kita harus bisa memahami dan Anda mejadi tahu bahwa siswa ini dan siswa itu mengalami hari-hari buruk sehingga Anda sebagai guru dapat memberikan kelonggaran bagi siswa tersebut. Jadi jika Anda mau menjadi lebih sabar, Anda harus dari waktu ke waktu memberikan para siswa ruang gerak yang lebih luas.
4. Perlakukan siswa sebagaimana Anda mau diperlakukan.
Selalu menangani para siswa sebagaimana Anda mau orang lain menangani Anda. Kalimat yang satu ini dapat menumbuhkan hubungan yang baik dengan para siswa. Filipi 2: 4-5 berkata, “Janganlah memperhatikan kepentingan diri sendiri, tapi anggaplah orang lain lebih utama dari diri kamu. Hendaklah kamu menaruh pikiran dan perasaan yang sama dengan Kristus Yesus.”
Untuk menjadi lebih sabar, luangkan waktu untuk mencari tahu apa yang menjadi minat para siswa. Jadikan komitmen untuk melatih diri menjadi lebih sabar kepada para siswa. Anda perlu peduli dengan kondisi para siswa. Hal itu akan memberitahu Anda bagaimana mereka mau ditangani dan akan menjadikan Anda lebih sabar saat menghadapi persoalan yang ditimbulkan oleh para siswa. (Setiadiana, S.Pd. –Guru SMA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar