Merupakan satu pertanyaan yang serius dan harus dijawab oleh setiap kita sebagai guru. Mengapa Menjadi guru merupakan pilihan yang paling harus dipertimbangkan masak-masak oleh setiap orang? Ya, sebab menjadi guru harus mampu menjadi teladan dan inspirasi yang nyata bagi setiap peserta didiknya, baik itu dalam imannya, akhlaknya maupun keilmuannya. Apa jadinya jika seorang guru tidak memiliki iman yang benar, akhlak yang baik dan miskin akan ilmu pengetahuan?. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan mengubah kurikulum pendidikan di sekolah dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006 ke Kurikulum 2013. Salah satu tujuannya adalah agar peserta didik mampu belajar secara aktif, kreatif, inovatif, memiliki karakter yang baik serta memiliki kemampuan untuk bisa menghadapi tantangan perubahan zaman. Dalam hal ini maka guru merupakan ujung tombak, di mana guru dituntut semakin profesional agar mampu mengembangkan generasi muda bangsa menjadi generasi yang aktif, kreatif, inovatif, memiliki karakter yang baik, dan memiliki wawasan jauh ke depan dalam membangun negara ini.
Bagaimanakah menjadi guru yang hebat? Nah, hal ini akan menjadi pertanyaan yang mengusik pikiran setiap guru sepanjang hidupnya karena sudah seharusnya setiap guru selalu mengevaluasi dirinya setiap saat agar dapat mencapai standar bahkan harus lebih lagi dari standar ayang sudah ditentukan sebagai seorang guru.
Bagaimana menjadi guru yang hebat? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya :
Sebagai Teladan Keimanan Yang Benar
Teladan dalam iman yang benar ini merupakan syarat utama sebagai guru yang hebat. Karena dengan iman yang benar ini maka semua yang dilakukannya akan bersumber kepada kebenaran yang paling hakiki yaitu Tuhan. Terlebih lagi sebagai seorang Guru Kristen maka hal yang paling mutlak adalah pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus Kristus, sehingga peserta didik yang kita didik pada akhirnya juga akan kita bawa kepada pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus Kristus.
Sebagai Sumber Ilmu
Dengan menjadi sumber ilmu itu seperti diibaratkan guru adalah mata air yang tidak akan pernah habis diambil airnya. Dengan demikian guru wajib terus mengalirkan ilmunya kepada peserta didik tanpa habis di tengah jalan. Sumber ini akan mengalir terus dan tidak pernah akan habis ketika guru juga terus belajar dan belajar memperkaya diri dengan ilmu-ilmu baru yang diperolehnya dengan membaca, menulis, berinovasi, bergabung di dalam komunitas, bersosialisasi dengan lingkungannya, dan harus selalu mengembangkan rasa tidak cepat puas akan pengetahuan yang diperolehnya saat ini.
Sebagai Orang Tua Bagi Siswanya
Bisa dikatakan guru adalah orang tua kedua di sekolah, dimana guru akan berperan sebagai orang tua bagi peserta didiknya. Dengan perannya sebagai orang tua, maka guru tidak hanya menjadi pengajar keilmuan saja tetapi juga secara psikologis akan menjadi tempat untuk membimbing, mengayomi, memberi kasih sayang, dan menjadi penasehat yang handal bagi peserta didiknya. Dengan demikian guru menjadi hebat karena mampu mendidik peserta didik secara utuh.
Sebagai Teman Bagi Siswanya
Guru juga harus menjadi teman bagi peserta didiknya, karena dengan peran sebagai teman maka dia mampu memahami dan menyelami bagaimana perasaan, emosi, ekspresi, dan perkembangan jiwa peserta didiknya di sekolah. Dengan kemampuan memahami inilah maka akan mudah sekali menemukan metode yang paling pas dalam mengajarkan ilmunya kepada peserta didik.
Sebagai Sumber Inspirasi
Seni mendidik bukan dari bagaimana hebatnya seorang guru menggunakan metode-metode pembelajarannya di kelas, namun juga harus mampu menjadi sumber inspirasi bagi peserta didiknya. Dengan menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik maka peserta didik akan tergugah sekaligus terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh gurunya sehingga segala hal yang diajarkan, baik itu pendidikan karakter maupun pengetahuan yang telah diajarkan, tidak menjadi rutinitas saja, namun akan menjadi berkembang seiring dengan perkembangan tingkat kedewasaan dan pemikiran peserta didik.
Sebagai Pendidik Yang Mencurahkan Seluruh Waktunya
Sering kita melihat menjadi guru adalah pekerjaan sambilan, karena antara waktu mendidik dengan waktu untuk melakukan pekerjaan lain atau bisa dikatakan “mencari penghasilan tambahan” menjadi tidak seimbang, karena waktu yang dicurahkan untuk mendidik lebih sedikit dibanding waktu yang digunakan untuk “mencari penghasilan tambahan”. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah bersama bagi dunia pendidikan di Indonesia. Bagaimana guru akan mampu membawa peserta didik ke pendidikan yang utuh jika waktu yang diberikan guru hanya setengah-setengah? Dengan mencurahkan seluruh waktu untuk berkecimpung dalam dunia pendidikan menjadi hal yang luar biasa. Guru akan mampu menganalisa dari awal sampai akhir, serta guru mampu mengevaluasi apa yang dia sudah lakukan pada peserta didiknya, sehingga untuk langkah-langkah ke depan nantinya, guru akan mampu menerapkan cara yang efektif dan efisien dalam pembelajaran sekaligus mampu mengetahui perkembangan setiap peserta didiknya secara detil.
Sebagai Pendidik Siswa Untuk Mengembangkan Dirinya
Mendidik maupun mengajar peserta didik yang sudah memilik dasar yang bagus, pandai, dan memiliki karakter yang baik itu sangat mudah, namun menjadi guru yang hebat sebenarnya adalah mendidik dan mengajar peserta didik yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa, karena di situlah tantangan nyata yang memerlukan hati baja yang benar-benar mau mendidik dan mengajar dengan tulus. Karena sering kali guru akan mengeluh saat harus mengajar peserta didik yang belum tahu, tidak bisa apa-apa, dan juga mengeluh saat diperhadapkan dengan peserta didik yang “istimewa” dalam karakternya. Padahal di situlah peran guru yang sebenarnya dan disitulah akan muncul guru yang hebat karena mampu memenangkan hati setiap peserta didiknya menjadi orang-orang yang luar biasa.
Maka marilah kita berlomba-lomba dan saling bahu-membahu dalam sebuah tim guru yang solid, menjadi pasukan guru-guru yang hebat yang mampu memenangkan setiap peserta didiknya menjadi pribadi-pribadi yang mengenal Tuhan dengan benar dan membawa mereka memiliki pengetahuan yang luas dan mampu mengembangkannya menjadi kebermanfaatan bagi orang lain dan lingkungan di manapun mereka berada.
Setiadiana, S.Pd.
Kepala Pembinaan Khusus Sekolah Kristen Makedonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar