![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW2fB2HWgunoxFdJ6HdN_xz4tF70EZRIRjPXqd6Lanmj35_6JrQcO1sF4m0s6BgwCTWHpCnIzuEYCN5lQFXRpw4JhYUhs3jwtVPZ51cM96ZWSMMffucWUx12pU7_jZy3PEgZ97b03TnM0/s1600/64.jpg)
Perlu untuk disadari bahwa pelaksanaan pendidikan Kristen dari sejak lahirnya tidak dapat lepas dari Alkitab. Pendidikan merupakan bagian penting yang dilaksanakan secara terus-menerus dan menjadi sebuah isu penting yang perlu dibahas dalam hal praktis maupun teoritis. Mengingat pendidikan Kristen yang berbasiskan pada Alkitab maka, untuk itu perlu dipahami apa yang menjadi perspektif Alkitab tentang pendidikan anak. Warren W. Wiersbe, dalam bukunya berjudul Utuh Di Dalam Kristus mengatakan bahwa hidup tidaklah mudah bagi anak-anak, terutama anak-anak Kristen. Masalah yang dihadapi oleh anak-anak dapat terlihat sebagai masalah yang kecil bagi orang dewasa, tetapi bagi mereka itu adalah masalah yang cukup besar. Oleh sebab itu anak-anak perlu ditolong, anak-anak dididik untuk menghadapi masalah yang mereka hadapi.
Pertanyaan yang perlu digumulkan dan dijawab adalah bagaimana perpsektif Alkitab tentang pendidikan anak? Sehingga kita mendapatkan format yang benar, berbasiskan pada Alkitab dan diimplemenasikan secara tepat serta aktual dalam pelaksanaan pendidikan Kristen. Alkitab (PL dan PB) membentangkan banyak landasan dan prinsip yang jelas tentang pendidikan
(Kel. 12:24-27; Ul. 6:4-9; Mat. 19:14; Mrk. 10:13-16,dll). Karena itu tulisan ini berfokus perintah Tuhan yang disampaikan melalui Musa kepada umat Israel, yang terdapat dalam Keluaran 12:24-27. Bagian ini jikalau diterjemahkan secara harafiah maka berbunyi; Kamu harus memegang ini sebagai ketetapan sampai selama-lamanya bagimu dan bagi anak-anakmu. Dan apabila kamu tiba di negeri yang akan diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang difirmankan-Nya, maka kamu harus pelihara ibadah ini. Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu:
Apakah artinya ibadahmu ini? maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi TUHAN yang melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah kita.” Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah.
Pendidikan harus berpegang pada suatu ketetapan yang benar. Dalam konteks ini Musa, Harun dan seluruh umat Isarel diperintahkan untuk memegang atau menjalankan ketetapan Tuhan. Sampai kapan, sampai selama-lamanya. Itulah sebuah proses pendidikan. Pendidikan dilakukan dalam proses ketaatan pada Allah guna menghasilkan generasi yang taat kepada Allah. Orangtua memiliki kuasa atau diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka agar mereka memahami karya Allah dalam kehidupannya. Apabila anak bertanya tentang apa arti ibadah yang dilakukan maka orangtua berkewajiban untuk menjawab pertanyaan anak-anak dengan tepat. Pendidikan membuka atau menyediakan ruang untuk bertanya dan menjawab. Jika ada keraguan, jika ada ketidaktahuan maka perlu ada pertanyaan dan perlu ada jawaban. Karena dalam proses pendidikan keilmuan akan diuji kebenarannya. Sehingga lewat proses pendidikan keilmuan yang telah diuji dapat dipertanggungjawabkan akan kebenarannya. Melalui proses pendidikan/proses belajar orang akan dituntun kepada suatu pengetahuan yang lebih baik. Itulah proses pendidikan. Maka dengan demikian orang akan menjadi berintelektual. Tetapi ingat, pendidikan tidak berhenti sampai disitu.
Proses pendidikan menuntun orang untuk hidup menaklukan diri dalam kedaulatan Tuhan. Dikatakan Lalu berlututlah bangsa itu dan sujud menyembah. Orang yang dibentuk dalam pendidikan yang benar tidak akan menjadi orang yang jumawah dan angkuh lalu menjadi pribadi yang arogan. Tidak. Karena itu proses pendidikan harus membentuk seseorang untuk memiliki hati yang mau merendahkan diri dihadapan Tuhan. Mengasihi Dia dan sesama. Itulah nilai suatu pendidikan yang sejati.