Syallom, perkenalkan nama saya Firminus Dodi. Saya merupakan salah satu guru yang mengajar di SMP Kristen Makedonia lulusan mahasiswa UPH Teacher College 2011 dan sudah mengajar di sini selama 4,5 tahun. Asal saya asli putra daerah, Suku Dayak, dari Kalimantan Barat, khususnya di daerah Ngabang, Kab. Landak.
Menjadi seorang pendidik/guru di sekolah Kristen Makedonia ini merupakan hal yang menantang bagi saya karena menjadi guru disini berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Selain dari kemampuan akademis yang sudah saya miliki dari gelar sarjana, saya juga dituntut untuk dapat menjadi seorang guru yang bisa menjadi teladan bagi anak didik di tempat ini. Guru wajib untuk tinggal bersama dengan anak didik di lingkungan asrama. Karena Sekolah Kristen Makedonia merupakan sekolah berasrama, maka setiap gerak gerik/karakter kehidupan kita, dapat dilihat dan ditiru oleh anak didik setiap harinya. Hal ini menjadi pembelajaran bagi saya untuk menjadi lebih baik hari lepas hari. Ini menjadi komitmen saya pribadi harus lebih baik dan siap mengajar di tempat ini, baik dari segi akademis untuk menjadi pengajar, maupun dari segi karakter, untuk menjadi teladan bagi anak didik.
Menjadi seorang guru sama sekali tidak ada dalam cita-cita saya sebelumnya. Ayah saya adalah seorang guru. Beliau, setiap harinya harus bangun pagi, pulang sore. Tidak jarang harus menginap di daerah lain, karena tempat beliau mengajar harus menempuh jalan yang jaraknya cukup jauh di daerah pedalaman Kalimantan Barat. Apalagi jalan yang ditempuh sangat jelek pada musim penghujan dan sesekali mengalami konflik dengan warga sekitar yang tidak begitu paham dengan pendidikan dan system didalamnya. Terkadang hingga berminggu-minggu harus menginap. Melihat hal ini, disitulah saya kadang merasa sedih. Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah apalagi pendapatan menjadi seorang guru kecil dulunya. Inilah yang membuat saya pada awalnya tidak ingin menjadi guru.
Ternyata, Tuhan berkata lain kepada saya. Dia menunjukkan jalan yang berbeda seperti yang saya pikirkan. Hingga pada akhirnya, saya mengikuti tes untuk masuk menjadi mahasiswa beasiswa Teachers College di Universitas Pelita Harapan, Karawaci-Tangerang, tahun 2007 dan dinyatakan lulus. Tetapi, saat itu saya tidak langsung menyanggupi untuk kuliah dengan jurusan guru di TC meskipun saya sudah dinyatakan lulus, karena target pada waktu itu mau mengambil jurusan kedokteran dari beasiswa PEMDA. Sebanyak 3 kali saya dibujuk oleh bapak Kepala sekolah, saya tetap tidak mau. Hingga akhirnya kedua orang tua saya dipanggil untuk menghadap kepala sekolah. Saya masih ingat, salah satu kalimat yang membuat hati saya tergugah yang diucapkan oleh bapak kepala sekolah waktu itu, “Kamu ini bagai mendapatkan sebongkah emas, jadi jangan disia-siakan”, artinya saya sudah mendapatkan beasiswa penuh, baik dari segi biaya kuliah sampai tempat tinggal, makan dan minum telah disediakan oleh pihak kampus, lingkungan kampus yang mewah dan fasilitas yang lengkap dengan gedung-gedung tingginya, jangan disia-siakan. Saya pun berpikir dalam hati, tidak ada salahnya untuk mengambil beasiswa ini, mengingat juga kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan, orang tua saya harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya kedua kaka dan abang saya kuliah, hingga saya pada akhirnya memutuskan untuk mengambil beasiswa ini, dan kuliah di UPH. Untuk ikut tes kedokteran pun belum tentu lulus. Inilah yang saya pertimbangkan.
Waktu berjalan, hingga saat ini sudah 4,5 tahun menjadi pengajar di Sekolah Kristen Makedonia, banyak sekali pelajaran yang saya telah dapatkan. Baik dari rekan-rekan guru disini maupun dari anak didik di tempat ini. Sikap profesionalitas yang dituntut oleh Yayasan dan sistem kerja yang cepat dan menjunjung nilai-nilai integritas tinggi terhadap Firman Tuhan, menjadi andalan bekerja di tempat ini. Meskipun saya sadar belum maksimal dan belum dapat memberikan yang terbaik sepenuhnya. Masih banyak kekurangan dari diri saya. Namun, paling tidak saya sudah merasakan berkat dan pengalaman hidup yang luar biasa di sini.
Tempat ini mengubah saya menjadi pribadi yang berkualitas, menjadi seorang guru yang kritis dan memiliki visi. Inilah yang menguatkan saya, dan merubah paradigma saya tidak seperti awalnya. Menjadi seorang guru bukanlah suatu beban, seorang guru bukanlah pekerjaan yang hanya melihat profit setiap bulannya. Tetapi di balik seorang guru, ada sesuatu yang lebih besar untuk perubahan generasi manusia kedepannya untuk membangun bangsa, masyarakat, dan Gereja. Guru, bukan hanya menempa siswa-siswi dengan segudang ilmu, tetapi menyentuh hati dan mengubahkan hidup mereka menjadi manusia yang berkualitas dari segi karakter sesuai teladan Kristus. Hingga nantinya, melalui tangan-tangan dan kalimat-kalimat yang terucap dari mulut guru, berharap tercipta pemimpin-pemimpin tangguh yang membuat perubahan bagi Indonesia dari Sekolah Kristen Makedonia.
Kerinduan untuk tetap menjadi seorang guru kedepannya sudah terpatri di dalam hati ku, tetapi kembali lagi “Jalan Tuhan, Bukanlah Jalan Ku”.
“Ditulis dari hati yang paling dalam”
12 November 2015
Firminus Dodi, S.Pd.,B.Sc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar