Notification

×

Pengendalian Diri

Rabu, 24 Juni 2020 | 02.44.00 WIB Last Updated 2020-06-24T09:44:46Z
Sapaan selamat pagiku dengan senyum manis menambah cerahnya hari. Namun, tiba-tiba terdengar suara menaiki tangga dengan ocehan ketus, tak berhenti bagaikan kereta api. “Pagi yang indah, jangan mengisinya dengan kemarahan,” kalimat itu kuarahkan untuk sahabatku yang terlihat penuh emosi menaiki tangga tadi.
Seketika sahabatku berteriak tambah keras, sambil marah-marah, dan mulai mengarah padaku juga, yang tak tahu apa-apa. Kaget, sedih, itu yang terjadi. “Jaga perkataanmu,” ucapku tegas, sambil menahan diri dengan tubuh yang gemetar menahan emosi. Kemarahannya tidak jelas, dengan kata-kata pedas, dan sikap yang arogan.
Pagi itu benar-benar menguji pengendalian diriku dan membuktikan lemahnya pengendalian diri sahabatku dalam berkata-kata. Dia membuatku kecewa dan sedih karena kata-kata, mengambil sukacita pagi yang seharusnya diisi sapaan ramah dan melakukan hal berarti. Tapi akhirnya kasih mendamaikan pagi itu, dengan peluk dan permintaan maaf, walau ada catatan pengendalian diri teruji dengan nilai gagal.
Pengendalian diri dalam bahasa Yunani adalah "eqkrateria" yang artinya adalah penahanan diri dan pengontrolan diri sendiri. Jadi, jika seseorang memiliki pengendalian diri maka dia akan mampu menahan dirinya dari apapun yang diluar maupun di dalam dirinya untuk melakukan yang salah.
Seseorang yang dapat mengendalikan diri membuat dirinya mampu menguasai diri. Ini adalah buah dari Roh Allah yang mendiami umatNya yang percaya (Galatia 5:22,23). Bahkan dirinya mampu menjaga kota seperti kata Amsal, “Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya,” Amsal 25:28.
Sebuah kisah nyata. Seorang pria membawa pulang truk baru kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut sejenak untuk melakukan kegiatan lain. Anak lelakinya yang berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk baru tersebut penyok dan catnya tergores.
Pria tersebut berlari menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit. Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk menyelamatkan jari-jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia tetap gagal.
Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut. Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata, "Papa, aku minta maaf tentang trukmu." Kemudian, ia bertanya, "tetapi kapan jari- jariku akan tumbuh kembali?" Ayahnya pulang ke rumah dan melakukan bunuh diri.
Tanpa pengendalian diri seseorang kehilangan kesadaran dan tidak mampu menguasai dirinya. Berpikir pendek, dan mengakibatkan hal yang buruk. Tanpa pengendalian diri, seseorang gagal mempertahankan diri untuk melakukan yang benar. Tak hanya itu, dirinya mampu mengakibatkan orang lain mengecap kegagalan itu. Mulai dari perkataan, tindakan, pemikiran, bahkan perasaan, bisa melukai orang lain.
Dimanapun kita setiap hari, diuji untuk bagaimAnchorana mengendalikan diri. Selamat mengendalikan diri. Setiap kita dilengkapi pengendalian diri sebagai buah pengenalan kita dalam Tuhan. Jangan menyerah apalagi berputus asa, jadilah pemenang atas ujian kehidupan. Kalau kita mampu mewujudkan pengendalian diri dalam seluruh aspek kehidupan. Lidya Wattimena

×
Berita Terbaru Update