Salah satu tugas negara dalam mengatur kehidupan negara dengan masyarakat yang plural adalah menjamin kesetaraan hak dan kesempatan dalam segala bidang bagi semua golongan masyarakat. Jaminan ini memungkinkan setiap orang untuk mengembangkan diri melewati stigma-stigma budaya yang membatasinya. Ranah-ranah dunia kerja pun sudah tidak lagi didominasi oleh golongan tertentu saja, jadi tidak mengherankan bila kita temui seseorang dengan profesi yang tak lazim menurut latar belakang budayanya. Salah satu contohnya, etnis tionghoa yang notabene dikenal ulet dan handal dalam bidang niaga kini mulai dapat di ditemui dalam jajaran pegawai negeri bahkan kementrian. Pemandangan yang sangat langka dimasa lalu kini mulai akrab terlihat. Fenomena yang sama bahkan terjadi dalam skala global. Sebagai contoh, India yang dulu hanya dikenal lewat Bollywood kini sedang menggenjot diri dalam bidang teknologi khususnya Informatika dan otomotif. Bukan tidak mungkin generasi kedepan akan benar-benar jauh berbeda. Suatu bukti nyata bahwa perbaikan dan kemajuan dalam hal kesetaraan sudah ada di depan mata.
Terlepas dari semua jaminan dan kesetaraan hukum, tentu tidak bisa sepenuhnya membuat kekristenan sebagai salah satu agama minoritas dalam ranah individu maupun komunitas terhindar dari tantangan bahkan diskriminasi, khususnya dalam hal kesempatan kerja. Berdasarakan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia yang merupakan pemeluk agama Kristen dan Katolik mencapai angka dibawah 10% atau sekitar 23 juta jiwa. Sedangkan porsi sisanya di tempati pemeluk agama lain seperti Hindu, Budha, Khong Hu Cu, serta aliran kepercayaan lokal. Maka sudah selayaknya kita mempertanyakan posisi kekristenan dalam menyokong para pemeluknya dalam hal menggunakan jaminan kesetaraan itu. Atau lebih lebih jauh lagi, apakah kontribusi nilai-nilai kekristenan bagi dunia kerja?
Dalam rangka mempersiapkan individu yang siap kerja diperlukan bekal pendidikan yang memadai. Dalam hal ini, diharapkan Kekristenan mengambil peranan besar dalam menanamkan fondasi pendidikan dalam bentuk nilai-nilai Kristen yang kelak menjadi kunci penting dalam dunia kerja. Nilai-nilai inilah yang memberi kualitas pembeda individu Kristen dalam dunia kerja karena kelak akan menjadi penggerak bagi individu untuk memaknai “apa itu kerja”, “bagaimana harus bekerja”, serta “untuk apa saya bekerja”. Dengan ini, apapun yang seseorang Kristen kerjakan akan dilakukan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan-nya dan bukan hanya untuk manusia. Pada akhirnya individu yang dididik dalam nilai-nilai Kristen tidak sekedar memandang kerja dengan motif hedonisme ataupun hanya sebatas memenuhi kebutuhan, melainkan panggilan hidup serta pelayanan dalam rangka memuliakan Penciptanya. Kerja yang tadi dianggap momok yang melelahkan kini memiliki tujuan yang luhur.
Tak hanya memotifasi, Pendidikan Kristen yang menekankan pada pertumbuhan karakter juga sangat penting, khususnya dalam interaksi sosial dengan masyarakat. Hal yang tidak terhindarkan mengingat manusia adalah makhluk sosial. Bilamana sudah terpatri pemahaman arti pentingnya peran sesama manusia dan betapa setiap individu adalah selayaknya sama dihadapan Tuhan, maka sudah selayaknya untuk memperlakukan orang lain sebaik mungkin. Sehingga kerja tidak hanya dilakukan untuk Tuhan, tapi juga untuk melayani sesama manusia. Dengan menyadari itu, kerja menjadi suatu yang membutuhkan etos kerja yang baik, kesiapan, kerapian, disiplin, konsentrasi, serta kerjasama. Maka dengan bekerja, seseorang menemukan tujuannya serta arti penting keberadaan dan kontribusinya bagi sesama.
Pada akhirnya, pendidikan nilai-nilai Kristen memiliki begitu banyak aspek yang dapat diterapkan dalam dunia kerja. Pengajaran Kristen tidak hanya menekankan pada kesalehan individu, namun juga hubungan dengan sesama manusia. Maka janji Allah yang akan mengangkat umatnya menjadi kepala dan bukan ekor kini bukan hanya sekedar gimik dalam khotbah, namun niscaya menjadi suatu penggenapan yang tentunya di awali dengan pendidikan Kristen yang benar serta penerapan nilai-nilainya dalam keseharian. Oleh karena itu, pengajaran kebenaran Injil Kristus bisa menjadi berkat bagi bangsa dan negara untuk mempersiapkan generasi muda, yang walaupun minoritas namun berdaya guna.
Oleh Renaldi Gultom
Guru SMPK Makedonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar