Pendidik bertugas untuk mengajar. Apa yang diajarkan? Semua hal, mulai dari materi pembelajaran sampai pengalaman-pengalaman hidup (kesaksian hidup). Materi pelajaran penting diajarkan, tapi bukan fokus yang terutama. Dikehidupan yang sebenarnya, hanya sedikit pengetahuan dari materi pelajaran yang akan digunakan. Oleh karena itu, seorang pengajar juga perlu mengajarkan cara atau disiplin hidup. Cara atau disiplin hidup ini berkaitan tentang karakter. Karakter ini berkaitan tentang apa yang diajarkan oleh Kristus seperti kejujuran, kerja keras, mengasihi satu dengan yang lain, saling mendukung, sukacita, dan ketekunan.
Penanaman karakter yang serupa dengan Kristus akan merangsang peserta didik memahami tujuan dari pendidikan yang dilakukan di sekolah dengan baik dan benar. Misalnya, ada siswa yang menyontek, respon umum yang dilakukan oleh pendidik ialah marah besar, sedangkan respon siswa adalah memberikan beribu alasan, akhirnya menyebabkan konflik antara pendidik dengan peserta didik. Hal tersebut bukan menyelesaikan masalah, tetapi menambah masalah dan peserta didik akan merasa tertekan. Tetapi, kalau pendidik memanggil peserta didik yang ketahuan menyontek tersebut secara pribadi, lalu menanyakan kesalahan yang ia lakukan tanpa langsung menghakimi, kemudian menjelaskan bahwa mencontek adalah perbuatan yang salah, maka peserta didik tersebut akan lebih merasa dihargai dan lebih menyadari akan kesalahan yang ia lakukan karena ia paham bahwa perbuatannya adalah salah.
Penanaman karakter praktis seperti di atas akan membuat siswa memahami cara merespon maupun berkomunikasi di dalam kehidupan sehari-hari baik di asrama maupun di masyarakat. Namun, terkadang pendidik lupa akan hal tersebut dan lebih mengutamakan kemampuan kognitif dari peserta didiknya saja. Guru hanya menuntut peserta didik untuk menjadi nomor 1 tanpa memperhatikan temannya yang kesulitan didalam belajar pada waktu yang sama. Akhirnya yang pintar akan semakin pintar, dan yang lemah akan semakin terbelakang. Kesenjangan didalam kelas juga akan terjadi, sikap individualis dan memunculkan pemahaman “masa bodo” terhadap orang lain.
Bersyukur kepada Tuhan melalui Sekolah Kristen Makedonia peserta didik dibentuk untuk seimbang antara karakter dan juga kognitifnya. Kognitif tidak dapat berdiri sendiri tanpa karakter, karakter tidak dapat berdiri sendiri tanpa kognitif. Dengan motto beriman teguh, berilmu tinggi, menjadi murid sejati, berintegritas terpuji, inovasi dan inspirasi membuktikan bahwa karakter dan kognitif siswa harus seimbang, sehingga peserta didik tidak hanya pandai di sekolah, namun juga dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang ada disekeliling mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar