Peran utama guru dalam proses pembelajaran modern adalah mengajar sebagai fasilitator, yaitu menyediakan lingkungan dan motivasi yang tepat untuk belajar. Tujuannya adalah supaya siswa menciptakan pemahaman dan tafsirannya masing-masing. Guru di sini bisa menanyakan apakah kegiatan mereka berkesinambungan dan berguna, tetapi fokus utama mereka adalah memampukan siswa untuk menghasilkan dan mengembangkan konsep dan teori, juga menyelesaikan apabila ada ketidakcocokan. Di mana pembelajaran harus mampu membantu siswa untuk menciptakan pengertian mereka sendiri.
Pada pembelajaran konvensional ditandai dengan adanya guru yang dominan di kelas, memakai metode ceramah dalam penyampaian obyek pembelajaran, dalam memberi penilaian didominasi dengan tes tertulis (ulangan) dengan aspek kognitif, para siswa yang pasif dan sering kurang terencana serta kurang komunikatif dalam penyampaian materi pembelajaran. Sedang pada pembelajaran modern yang menuntut guru sebagai fasilitator ditandai dengan siswa dominan, memakai beberapa metode bervariasi yang disesuaikan dengan obyek pembelajaran, dalam memberi penilaian multi cara dan multi aspek, guru berusaha merangsang siswa menjadi aktif, dalam penyampaian terencana dan komunikatif dalam pembelajaran.
Namun dalam prosesnya, sistem ini masih ada kelemahannya. Guru harus melakukan lebih dari sekedar memfasilitasi. Yesus Kristus sendiri sebagai Guru Agung memfasilitasi pembelajaran dengan beberapa cara. Ia memberi pertanyaan-pertanyaan yang terarah, seringkali sebagai respons atas pertanyaan pendengarnya. Ia membagikan banyak cerita sebagai perumpamaan yang maknanya menjadi jelas hanya setelah direfleksikan secara pribadi. Ia menjalani gaya hidup yang tidak biasa, yang membawa murid-murid-Nya untuk memikirkan pokok-pokok masalah penting. Tetapi Ia melakukan lebih dari sekedar itu. Ia memberikan pedoman untuk menjalani kehidupan sehari-hari melalui khotbah di Bukit. Ia bekerja secara langsung dengan sekelompok kecil murid-murid menjelaskan tentang Kerajaan Allah itu sendiri. Ia mengutus mereka pergi dengan instruksi yang jelas dan terperinci sebagai respons dari apa yang telah Ia ajarkan.
Dengan kata lain, Yesus Kristus melakukan lebih dari pada sekedar memfasilitasi. Ia juga menunjukkan cara hidup yang jelas dan memanggil orang-orang untuk mengikuti cara hidup yang sama. Demikian pula, Tuhan memanggil guru untuk memperjelas bahwa ada nila-nilai pemberian Tuhan yang universal yang menopang kehidupan pribadi kita dan masyarakat, bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita dunia yang teratur. Oleh karena itu, guru memang lebih dari pada sekedar fasilitator. Mereka berjalan bersama Tuhan di dalam kelasnya. Mereka pembimbing yang membagikan wawasan dan memacu siswa untuk menggunakan bakatnya. Bimbingan seperti itu memampukan para siswa untuk melayani Tuhan dengan cara mau mendengarkan dan bertanggung jawab.
Memang proses pembelajaran metode ini yang ideal di era milenial di abad 21 yang semakin melambung, tetapi belum bisa membumi apalagi tergesa-gesa diterapkan oleh pihak berwenang. Ditunjukkan dengan ketidaksiapan para birokrat, pihak sekolah, para siswa yang seharusnya sebagai subyek, demikian juga orang tua siswa yang masih kesulitan menggunakan teknologi terlebih-lebih masyarakat yang masih banyak sosialisasi kurikulum yang selalu ada revisi setiap tahun. Inilah akibat dari budaya instan di masyarakat kita saat ini, sehingga apapun semuanya mau cepat tahu hasilnya, tidak mau tahu bagaimana proses itu harus dijalani.
Tetapi masih ada harapan pada model pembelajaran modern ini apabila diterapkan pada sekolah-sekolah berasrama, apalagi sekolah Kristen yang tetap mengutamakan pendidikan yang berkarakter Kristus pada setiap peserta didik. Kita berharap ke depan Sekolah Kristen Makedonia ini bisa menjadi model dalam penerapan pembelajaran berdasarkan kurikulum yang sedang berjalan ini, dan sekolah segera bisa naik kelas.
Ir. Bambang Hadikusumo
Guru SMAK Makedonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar