Notification

×

Mengenal Milenial

Selasa, 23 Juni 2020 | 00.58.00 WIB Last Updated 2020-06-23T07:58:08Z

Menilik pada pengertian yang tercatat di dalam Wikipedia, Generasi Milenial bisa disebut juga dengan Gen-Y atau Generasi Kelompok Demografi. Pengertian mengenai kelompok ini sendiri tidak ada yang pasti. Generasi ini muncul diperkirakan pada awal 1980-an dan berakhir pada pertengahan 1990-an hingga awal 2000-an. Sebutan milenial sendiri muncul karena adanya anggapan Echo Boomers karena adanya peningkatan besar tingkat kelahiran sekitar 1980-1990-an. Hingga pada abad ke-20, tren pemerintah mengenai Keluarga Berencana (KB) terus berkembang sehingga dampaknya tidak semakin meluas. Menurut data dari Kominfo, istilah milenial diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Istilah tersebut muncul terkait dengan adanya perkembangan teknologi terkait dengan globalisasi. Hal inilah yang membuat generasi milenial dianggap sebagai generasi teknologi. Meski sebenarnya jika merujuk pada asal muasalnya hal ini tentu tidak terkait erat.

Terlepas dari itu semua, penulis ingin mengajak pembaca memahami kecenderungan karakter yang dimiliki oleh generasi milenial dengan kehidupan masa kini. Menelusuri data dari Kominfo, Nielsen mencatat pertumbuhan penetrasi perangkat mobile di kota-kota besar Indonesia mencapai 88%. Belanja produk teknologi, semisal smartphone atau gadget jenis lainnya pun menjadi gaya hidup yang sangat menonjol saat ini di kalangan remaja.

Generasi milenial dipahami sebagian masyarakat melalui gaya hidupnya. Gaya hidup mereka tidak lepas dari kemajuan teknologi dan kemudahan mengakses informasi terkini melalui beragam media sosial yang tersedia. Berdasarkan penelitian yang tercatat di dalam Kominfo, masyarakat terutama kaum muda bisa menghabiskan waktu 3 (tiga) – 7 (tujuh) jam dalam sehari untuk kegiatan streaming atau daring dan 18 (delapan belas) jam perhari untuk menikmati hiburan dan gaming.

Konsumsi guna teknologi ternyata tidak disertai dengan pemahaman pentingnya menjaga data pribadi oleh kaum muda. Norton Cyber Security dalam catatan Kominfo melakukan riset di tahun 2016, Insight Report dengan melibatkan 20.907 responden 18 tahun ke atas dari 21 negara termasuk Indonesia. Hasilnya, dari 90% pengguna koneksi publik Wi-Fi hanya 51% yang tahu cara mengamankan jaringannya, 36% menggunakan VPN secara regular, dan 28% tidak mampu mengenali jenis email terinfeksi malware. Kemudian, 76% pemilik ponsel mengetahui pentingnya perlindungan informasi daring pribadinya. Namun, hanya 22% yang melindungi perangkatnya, sedangkan 39% mengalami peretasan kata sandi, 28% pembobolan akun email, dan 26% peretasan data dan akun media sosial.

Berdasarkan data tersebut, dapat dirasakan bahwa akibat dari gaya hidup kaum milenial dengan kemajuan teknologi menjadi cukup berbahaya. Bagi kaum yang memahami penggunakan teknologi bisa saja memakai kemampuannya untuk hal-hal tak terduga, bisa baik maupun buruk. Bagi kaum yang tidak memiliki kemampuan berbelanja teknologi bisa saja melakukan tindakan kriminal demi memuaskan nafsu gaya hidup yang moderen.

Karakter lain yang dimiliki kaum milenial adalah keinginan yang kuat untuk memiliki kehidupan yang sempurna. Dengan kata lain, kaum milenial erat dengan karakter perfeksionis dalam diri mereka. Bahkan dalam data yang tercatat di Okezone News, karakter perfeksionis menjadi penyebab utama kaum milenial menjadi pelaku tindak kriminal atau pelaku bunuh diri.

Data tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang menjadi viral belakangan ini. Seperti bunuh diri yang dilakukan remaja hanya karena hal-hal sepele, semisal putus cinta atau diomel orangtua bahkan ketidakberhasilan dalam pendidikan/pekerjaan. Atau kasus kaum muda yang banyak terlibat dalam tawuran, tindak kriminal perampokan/pencurian, bahkan pembunuhan. Jika ditilik dari latar belakang kaum muda yang melakukan aksi-aksi tersebut, adalah kuatnya keinginan mereka dalam menyempurnakan kehidupan. Baik di bidang ekonomi, hubungan dengan pasangan/rekan, keberhasilan dalam pekerjaan/pendidikan, dan bidang lainnya.

Kedua karakter yang dimiliki oleh kaum milenial seperti tersaji di atas, sebenarnya merupakan sebuah keberhasilan dalam kemajuan zaman. Pentingnya kita memahami karakter tersebut adalah untuk membantu mereka tidak mengalami keresahan bila tidak mampu menyeimbangkan diri dengan arus deras kehidupan masa kini. Ketimbang mengekang mereka dengan segala peraturan, cobalah untuk mengendurkan tali kekang agar mereka lebih kreatif. Sesuai dengan prinsip pendidikan masa kini, anak muda berkarya dan orangtua mengawasi. Orangtua di sini juga termasuk tenaga pendidik.

Mari kita tidak memaksakan sistem diktator yang sangat tidak cocok untuk kehidupan milenial ini. Tapi, kita juga tidak boleh lalai dalam mengawasi mereka. Karakter belanja streaming/daring bisa kita arahkan dengan memberikan pemahaman bagaimana melindungi perangkat teknologi dan edukasi berbagai hal positif yang bisa diberi dan diterima dari kemajuan teknologi dan beragam medsos. Sedangkan karakter perfesksionis bisa kita arahkan dengan memberikan pemahaman sejak dini mengenai karakter berintegritas. Dimana salah satu karakter integritas adalah rendah hati. Kerendahan hati membuat mereka memahami bagaimana berambisi yang tepat. Ajarkan mereka perjuangan dan tanamkan tekad kuat dalam menggapai impian, namun selimuti mereka dengan ajaran Firman Tuhan tentang buah-buah roh. Tentu, bila semuanya seimbang maka kebaikan dan kebenaran pasti akan diterima dan diberikan oleh kaum milenial bagi dunia.


Hariya Oktaviany, S.Pd.

Guru SMP Kristen Makedonia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update