Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai hari Kartini. Raden Ajeng Kartini yang biasa dikenal dengan RA Kartini dianggap sebagai pahlawan emansipasi perempuan Indonesia. RA Kartini dianggap sebagai pahlawan karena jasa-jasanya dalam memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan dimasanya. RA Kartini yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah dan mempunyai hobi membaca buku dan majalah, sehingga ia mengetahui perkembangan dunia pada masanya. Dengan hobinya tersebut terbukalah mata hatinya untuk memperjuangkan harkat dan martabat perempuan melalui jalur pendidikan. Bagi Kartini untuk mengangkat status perempuan Indonesia haruslah memberikan pendidikan terbaik buat mereka. Perjuangannya itu dilakukannya dengan membuka sekolah wanita pertama di daerahnya.
Dengan perjuangannya yang tiada lelah untuk memajukan perempuan Indonesia, akhirnya saat ini perempuan Indonesia memiliki hak yang sama dalam bidang politik, hukum, pendidikan dan lainnya.
Dalam kisah hidup RA Kartini, ternyata RA Kartini senang mempelajari Alkitab.
Dalam buku Th. Sumartana, yang berjudul Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini terbitan 1993, digambarkan mengenai kedekatan Kartini dengan ajaran Kristen. Hal kekristenan diperkenalkan oleh sang guru saat ia belajar di ELS (Europese Lagaere School), Nellie Van Kol. Dari gurunya ini Kartini mempelajari Alkitab, sehingga Ia mengerti sebagian prinsip teologi Kristen. Kartini menggambarkan kedekatannya dengan ayahnya sendiri, meskipun dalam beberapa hal mereka tidak sependapat, sebagai kedekatannya dengan Tuhannya. Sebab itu ia menyambut baik, ketika Van Kol memperkenalkan Tuhan sebagai Bapa.
Ungkapan ini merupakan ungkapan Kartini sebagai gambaran pengalaman batin Kartini , sehingga dalam surat-surat Kartini sangat sering ditemukan ungkapan Tuhan sebagai Bapa yang penuh kasih.
Salah satu ungkapan Kartini dalam salah satu suratnya adalah, “Agama dimaksud supaya memberi berkah, membentuk tali persaudaraan di antara semua, berkulit putih atau cokelat. Tidak pandang pangkat, perempuan atau lelaki, kepercayaan semuanya kita ini anak Bapa yang satu itu. Tuhan yang Maha Esa“ . Dan dalam suratnya kepada Van Kol pada 20 Agustus 1902, Kartini mencurahkan perasaannya kepada ibunya dengan agama baru ini. “Ibu sangat gembira. Beliau ingin sekali bertemu dengan nyonya agar dapat mengucapkan terima kasih secara pribadi kepada nyonya atas keajaiban yang telah nyonya ciptakan pada anak anaknya. Nyonya telah membuka hati kami untuk menerima Bapa Cinta Kasih,” demikian Kartini menulis.
Kartini memang lahir dan kemudian meninggal sebagai non Kristen, tetapi perjalanan batinnya melalui surat-surat yang ditulisnya dan disadur dari beberapa sumber sangat menarik untuk diikuti dan tidak dangkal.
Menjadi perenungan pribadi kita dalam semangat hari Kartini sekarang ini, sebagai perempuan Kristen masa kini, apakah kita telah mempunyai semangat kebangsaan yang telah diperjuangkan RA Kartini? Dengan teknologi yang semakin canggih apakah kita dapat berperan dengan maksimal atau kita malah semakin terlena dengan kecanggihan yang ada tanpa berbuat apa-apa? Pertanyaan ini perlu dijawab di dalam benak kita masing-masing, namun yang perlu diingat adalah kutipan yang bertuliskan “hidup adalah anugerah yang perlu diperjuangkan agar dapat menjadi saluran berkat bagi sesama apapun bentuknya”.
Guru SD Kristen Makedonia