Notification

×

Guruku, Motivatorku

Senin, 22 Juni 2020 | 01.27.00 WIB Last Updated 2020-06-22T11:33:35Z











Untuk menjadi teladan, seorang pendidik perlu mengalami sendiri setiap kalimat motivasi yang disampaikan. Misalnya, seorang pendidik yang selalu memotivasi peserta didik untuk hidup dengan sehat; menganjurkan mengatur pola makan, olahraga, istirahat, dan menjauhi rokok, namun sang pendidik ini sendiri adalah seorang perokok. jadi, mana bisa peserta didik yakin 100% dan mau mengikuti saran pendidik. Mereka akan berkata guruku nyuruh-nyuruh tidak merokok padahal pak guru saja merokok satu hari bisa habis satu bungkus atau bahkan lebih. Sebuah motivasi yang diberikan akan lebih berarti dan tepat sasaran saat diberikan oleh pendidik yang benar-benar dapat diteladani. Oleh karena itu, jika kita menjadi pendidik yang berpengaruh bagi peserta didik, kita harus dapat menjadi teladan bagi mereka terlebih dahulu. Kita dapat memulainya dengan melakukannya terlebih dahulu sambil memberikan motivasi dan melakukan pembiasaan pada peserta didik.
Sebagai seorang pendidik kita juga harus pandai dalam memilih kata dan kalimat dalam memotivasi peserta didik. Hal ini disebabkan tidak semua kata dan kalimat motivasi langsung menghujam tepat ke jantung peserta didik. Diperlukan keahlian khusus untuk menjadi seorang komunikator yang jempolan.

Masalahnya rahasia komunikasi ini terkadang tidak kita ketahui atau bahkan tidak kita sadari. Padahal, pola-pola kalimat tertentu sangat berpotensi untuk mendobrak dan memberikan efek dahsyat pada hasil motivasi. Menurut Ali Akbar Navis dalam bukunya Rahasia Menjadi Pendidik Jempolan Sekaligus Motivator Ulung dalam Hitungan Menit, ada beberapa pola kalimat yang perlu diperhatian, yaitu;
  1. Menggunakan kalimat aktif
Kalimat yang terlontar dari mulut kita harus berupa kalimat aktif. Kalimat pasif yang lebih sulit diterima oleh pikiran bawah sadar. Sementara kalimat aktif tentunya lebih mudah dan lebih cepat diproses oleh pikiran bawah sadar kita. Misalnya, kita ingin memotivasi peserta didik untuk lebih rajin belajar dengan mengatakan, “Mulai sekarang Badul rajin belajar ya supaya berhasil mendapatkan nilai A” lebih baik daripada mengatakan “Mulai sekarang Badul tidak malas belajar ya supaya mendapatkan nilai A”. Kata rajin belajar tentunya lebih baik dan lebih mudah diproses oleh pikiran bawah sadar daripada kata tidak malas.
  1. Menghindari kalimat negatif
Sebisa mungkin kita harus menghindari kata dan kalimat-kalimat yang bernuansa negatif, seperti kata, jangan, bukan, tidak, dan sebagainya. Kata-kata yang biasa digunakan dalam melarang inipun perlu diminimalkan. Alasanya penggunaan kata larangan yang melibatkan intonasi dan bahasa tubuh terkadang disalahartikan oleh pikiran bawah sadar secara bertolak belakang.
  1. Melakukan pengulangan
Pengulangan sangat diperlukan untuk menguatkan dan memberikan rangsangan tertentu pada otak. Pengulangan yang dilakukan terus menerus tentu saja dapat menjelma menjadi pemicu. Akibatnya, saat kita meransang degan pemicu tersebut maka peserta didik langsung teringat pada apa yang sudah kita sampaikan.
  1. Merupakan kalimat present tense
Membingkai setiap penekanan kalimat motivasi dengan kata-kata kekiniaan seperti sekarang, saat ini, dan sebaginya dapat langsung menggerakkan peserta didik. Sebagai seorang pendidik sekaligus motivator, tentunya kita menyendang tugas mulia yang langsung Tuhan berikan kepada kita. Saat ini kehadiran kita sebagai motivator di mata peserta didik tentunya sangat diharapkan dan dinantikan. Guruku Motivatorku.

Kristianus Yopi Pamungkas, S.E.
Guru SMP Kristen Makedonia
×
Berita Terbaru Update