Kini zaman telah banyak berubah, teknologi menjadi bagian tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan. Ini sangat menguntungkan bagi guru. Guru dapat dengan mudah mengakses informasi terbaru melalui internet. Bersyukur sekali Sekolah Kristen Makedonia (SKM) telah difasilitasi dengan jaringaan internet, sehingga baik guru maupun peserta didik dimudahkan dalam belajar. Guru dengan mudah mempersiapkan bahan ajar yang lebih kreatif.
Banyak bahan ajar bertebaran di internet, guru dapat dengan mudah mengunduhnya. Di sini kadang guru merasa di atas angin. Menjadi sedikit lengah dan terlena dengan kemudahan yang diberikan oleh internet. Meskipun bahan ajar didapat dengan mudah, hal paling penting yang harus tetap dilakukan adalah mempelajari kembali bahan ajar tersebut dan menyesuaikannya dengan kebutuhan peserta didik. Karena setiap kelas memiliki karateristik yang berbeda dalam menerima pelajaran. Guru tetap harus belajar. Apalagi jika guru mengajar mata pelajaran yang tidak sama dengan latar belakang pendidikannya. Perlu usaha keras untuk belajar lagi.
Peserta didik SKM diterima melalui tiga jalur berbeda. Regular, roadshow dan jalur alumni. Tentu ini menyebabkan daya serap belajar semakin luas perbedaannya. Anak-anak roadshow misalnya banyak mengalami kendala dalam hal pemahaman bahasa dan istilah. Ini menjadi salah satu tantangan bagi guru, menemukan cara untuk mengatasi keberagaman daya serap peserta didik di tiap kelas. Guru tetaplah pembelajar sejati, tak pernah ada kata berhenti belajar bagi seorang guru. Meskipun dibebani dengan macam-macam tanggung jawab tambahan. Menurut saya belajar bagi guru adalah nomor satu.
Pemerintahpun semakin sadar untuk meningkatkan kualitas para guru. Jika dulu guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi prioritas tapi kini guru-guru sekolah swastapun mendapatkan kesempatan yang sama. Pemerintah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi para guru untuk mengasah kompetensi dan ke-profesionalan-nya melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Ada 4 aspek kompetensi yang dinilai untuk menjadi guru professional, yaitu kompetensi kepribadian, pedagogi, sosial dan professional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2017, sebagai pengganti program Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Kedua pola program ini sangat berbeda. Terutama dari segi lamanya waktu yang dibutuhkan guru untuk mengikutinya. Secara Konten pun lebih banyak dan lebih berat pada pola PPG dibandingkan PLPG. Dan program ini tentunya memaksa guru-guru untuk belajar lagi, lagi dan lagi.
Sekali lagi ini semua demi seorang guru pembelajar. Demi kemajuan peserta didik. Demi kemajuan dunia pendidikan. Demi SKM naik kelas. Guru adalah kuncinya. Semangat untuk para guru.
Oleh : Emilia Rosa, S.Si.
Guru SMP Kristen Makedonia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar