Ketika mendengar kata guru, yang pertama terlintas dibenak kita adalah seseorang yang mungkin akan mengoceh di depan para murid sampai pada batas waktu tertentu. Tidak sepenuhnya salah, tetapi juga bukan hal yang benar untuk selalu dilakukan. Tugas guru memanglah mengajar. Sekedar mengingatkan kita semua bahwa mengajar itu merupakan sebuah kata kerja. Hal tersebut menggambarkan bahwa seorang guru harus melakukan atau mengerjakan sesuatu pada saat memberikan pelajaran kepada para muridnya. Sebuah pekerjaan membutuhkan usaha dan tindakan dalam upaya menuntaskan tujuan tertentu. Jadi sangatlah tidak mungkin bagi seseorang yang tidak melakukan usaha dan tindakan apapun terhadap murid dapat dikatakan sebagai seorang guru. Sebab, kepada guru-lah para murid mempelajari hal-hal baru. Dalam hal ini seorang guru tidak dapat dibatasi oleh gelar atau status resmi yang telah ditentukan atau ditetapkan dalam undang-undang khusus maupun kebiaasan masyarakat pada umumnya.
Siapa saja sesungguhnya dapat menjadi guru bagi siapapun. Maka untuk melengkapi status seorang guru ini harus disertai dengan kata pendidik. Sebab, seorang guru tidak hanya sekedar mengerjakan tugas mengajarnya kepada siswa, tetapi ia juga harus mempunyai kesadaran akan pentingnya mendidik para murid. Mendidik disini berarti mengubah sesuatu, dari tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik, dari lebih baik menjadi selalu baik. Artinya perubahan itu akan terjadi terus menerus dan bersifat progresif. Masalahnya apakan semua guru didunia ini sudah menjadi guru yang mendidik?
Membagi ilmu adalah sebuah kewajiban, mengubah pola pikir dan perilaku adalah sebuah tujuan, dan menjadikan para murid memiliki kesiapan menuju dan menggapai masa depan adalah sebuah pencapain yang semestinya dimilik oleh para guru dalam mengerjakan tugas mendidik para muridnya. Bukan tidak mungkin mengalami kendala, menemui murid yang kesulitan untuk dididik baik dari segi ilmu maupun karakter, atau kualitas daya tangkap para murid yang tidak seimbang, tidak memiliki cukup waktu untuk memahami karakter para murid lebih dalam, keterbatasan keahlian, tuntutan pekerjaan di luar kelas, bahkan sampai permasalah pribadi kadang bisa menjadi faktor bagi guru untuk merasa lelah menjalankan tugas pekerjaannya sehingga mengajar hanya menjadi kegiatan untuk sekedar menuntaskan tugas seorang guru, sekedar menemui murid menjelaskan materi baru atau memberi tugas dan hal itu dirasa sudah cukup. Padahal, seharusnya seorang guru yang sejati memiliki motivasi lebih dari itu.
Rasa ketidakpuasan dalam hati seorang guru sejati, akan terus menggema bagaikan sebuah alarm yang ingin mengingatkan, bahwa para murid sangat membutuhkan lebih dari pada ini, bahwa sebagai seorang guru, sebagai pendidik punya kemampuan yang lebih baik dari pada sekarang ini. Ikuti dan dengarkan suara hati, karena itu bisa jadi salah satu cara-Nya menyatakan tujuan keberadaan dirimu sebagai guru. Guru yang mendidik, adalah guru yang mengubah murid-murid menjadi selalu lebih baik, dan juga guru yang memberi teladan dan menjadikan setiap peserta didik yang diajarnya menjadi murid sejati, hingga pada akhirnya dunia tahu bahwa guru ada hanya untuk memuliakanNya.
Paruliana Mayasari Hutapea, S. Pd., B.Sc.
Guru SD Kristen Makedonia