Notification

×

Disiplin Vs Menunda-Nunda

Senin, 22 Juni 2020 | 20.58.00 WIB Last Updated 2020-06-23T04:03:17Z
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kedisiplinan memang enak untuk dibicarakan. Tidak heran pula bila hingga saat ini banyak pengertian tentang kedisiplinan yang dirumuskan, baik oleh ahli bahasa, ilmuwan, maupun pihak-pihak yang berkepentingan dengan kata “disiplin”. Namun demikian, secara umum disiplin banyak diartikan sebagai “kerja tepat waktu”. Definisi tersebut memang benar tetapi terasa sangat sempit, karena indikatornya kurang lengkap. Sehingga untuk melaksanakan kedisiplinan secara tepat dan menyeluruh pun terasa sulit.
Sebaliknya,menunda-nunda waktu dan pekerjaan merupakan sebuah kebiasaan yang diketahui buruk, namun sulit dihilangkan begitu saja. Kebiasaan yang bila dibiarkan akan berbahaya dan mencoba menghilangkannya tidak semudah berkata-kata. Apa penyebabnya? Dari beberapa sumber dan juga pengalaman guru Sekolah Dasar Kristen (SDK) Makedonia bernama Pak Matius, pak Matius menuliskan beberapa penyebab dari kebiasaan ini. Pertama, motivasi yang rendah atau justru kehilangan motivasi, merupakan salah satu penyebab seseorang mudah untuk menunda-nunda hingga menjadi kebiasaan. Motivasi rendah diiringi dengan sikap ogah-ogahan dalam mengerjakan sesuatu, merasa bosan, dan sejenisnya. Kedua,buruknya manajemen diri yang terkait dengan kedisiplinan dalam waktu yang buruk seperti suka terlambat, lalai menyelesaikan tugas tepat waktu, dan sebagainya. Manajemen yang sudah terlanjur buruk, justru akan memperkeruh suasana hati dan sikap. Alhasil, orang jadi suka menunda-nunda pekerjaannya. Ketiga, munculnya sikap suka menunda juga bisa dikarenakan kurangnya keterampilan secara teknis. Maksudnya ialah seseorang memutuskan untuk menunda pekerjaan karena dia tidak memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang cukup dalam menyelesaikan pekerjaan itu. Seseorang jadi mudah untuk ragu memulai hingga akhirnya memutuskan untuk menundanya. Bagaimana mengatasinya? mari kita lihat dari Alkitab.
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus cukup banyak menyinggung masalah disiplin hidup, agar mereka tertib dalam kehidupan bersama, kehidupan persekutuan, kehidupan memelihara tubuh dan sejenisnya. Dia mengajak jemaat untuk terus sadar bahwa Roh Kudus mendiami mereka sehingga mereka menghindarkan diri dari segala godaan mencemarkan diri (1 Korintus 3:16; 1 Korintus 6:19-20). Mereka harus menertibkan cara berpikir mereka sendiri agar tetap memelihara suara hati yang jernih di dalam mengambil keputusan dalam hidup kebersamaan dengan orang lain (1 Korintus 8:1-3). Mereka harus mengendalikan diri dalam ibadah agar tidak menonjolkan diri, mencari kemuliaan diri sendiri sehingga firman Allah tidak diberitakan sebagai mana mestinya (1 Korintus 12-14). Dari keterangan tersebut kita dapat mengetahui bahwa Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus selalu menegakkan kedisiplinan kepada umatnya, agar umatnya memiliki sikap dan pemahaman yang benar di dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah serta taat kepada Tuhan Allah.
Kesimpulannya, sebetulnya malas itu persoalan kebiasaan. Untuk menghilangkan rasa malas, perlu ditegakkannya kedisiplinan dan juga harus berkomitmen untuk tidak mendatangkan rasa malas lagi. Kalau pun bukan rasa malas yang menyebabkan kita menunda pekerjaan, mungkin kita tidak memiliki ketrampilan dalam melakukannya, minta tolonglah kepada orang lain sehingga permasalahan dapat diselesaikan bersama-sama, namun tidak ditunda. Berbuatlah sekarang daripada menunda, toh "saat ini" berbeda dengan "saat yang kemudian". Lihatlah kebiasaan orang-orang sukses, selalu menegakkan disiplin. Disiplin adalah buah dari keberhasilan.Jadi tanamkan sikap disiplin sedini mungkin dan tinggalkan malas sesegera mungkin.

Matius, S.MG.
Guru SD Kristen Makedonia
×
Berita Terbaru Update